Profil Seminan:
Hiroshige yang terlahir bernama Ando Juemon adalah dari keluarga biasa yang berkecukupan. Namun pada umur 13 tahun, ia bersama kedua adiknya telah menjadi yatim-piatu dan harus menghadapi dunia fana yang tiada menentu.
Setelah mengalami kegagalan akhirnya ia diterima disebuah sanggar seni seorang seniman ternama bernama Toyohiro, waktu itu ia berumur 15 tahun. Gurunya segera mengetahui bakat si anak yang luar biasa dan wataknya yang lurus, sehingga ia mempercayakannya sebuah nama yaitu Hiroshige. Hiroshige yang terdiri dari dua huruf Kanji (aksara Han Tiongkok), huruf pertamanya diambil dari namanya sendiri dan yang kedua dari nama si anak. Tak lama kemudian, si anak menerbitkan hasil karya seni perdananya. Waktu itu ia baru berumur 16 tahun.
Dari tahun 1780 sampai dengan tahun 1800 merupakan zaman keemasan kesenian Ukiyo-e dimana banyak seniman terkenal seperti Hokusai, Utamaro dan gurunya sendiri saling bersaing menyempurnakan seni aliran ini. Seni lukisan Ukiyo-e (genre paintings) adalah lukisan berdasarkan kejadian sehari-hari. Namun seperti yang terjadi di negara Eropa, seni hanya disajikan untuk dan dinikmati oleh kalangan elit dari masyarakat Edo. Oleh karena itu, tema lukisan berkisar kehidupan para bangsawan atau figur wanita selebriti sedangkan lukisan pemandangan dengan aktivitas rakyat kurang diminati.
Namun di periode Edo berikutnya yang disebut periode kemunduran terjadi populerisasi-an seni ke masyarakat luas sehingga terjadi kelonjakan permintaan atas barang seni. Periode kemunduran yang berkaitan dengan depresi ekonomi (rupanya ada juga krismon di zaman itu!), menyebabkan segala percetakan harus dilakukan dalam jumlah besar untuk mencapai "economic of scale". Sehingga satu-satunya cara adalah memasarkan hasil seni kepada masyarakat luas dengan harga terjangkau.
Hiroshige yang berkarya di periode ini mendapat berkah tambahan karena bukan saja ia berbakat lebih dari itu tema lukisannya merakyat. Dalam lukisan-lukisan 53-Tahapan Tokaido misalnya ia menggambarkan aktivitas masyarakat Edo yang gemar berpergian mengunjungi tempat-tempat termasyhur dan tempat suci untuk beribadah walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh (ingat belum ada mobil atau kereta api!). Oleh karena itu, Hiroshige juga dikenang sebagai seniman yang banyak andil dalam merakyatkan seni ke masyarakat Jepang.
Menurut perputaran kehidupan kosmik yang menggariskan kehidupan manusia atas dasar perputaran 60 tahun (sexagenary cycle), mencapai umur 60 tahun adalah waktu bagi seseorang memikirkan apa yang telah ia capai dan menatap kehidupan berikutnya. Dan kiranya itupun yang mungkin terlewat dalam benak si anak genius. Setelah berkarya seni sepenuhnya, Hiroshige meninggal dengan tenang di umur 62. Ia dikebumikan di vihara Togakuji yang terkenal di kota Edo (sekarang Tokyo).
Hiroshige yang terlahir bernama Ando Juemon adalah dari keluarga biasa yang berkecukupan. Namun pada umur 13 tahun, ia bersama kedua adiknya telah menjadi yatim-piatu dan harus menghadapi dunia fana yang tiada menentu.
Setelah mengalami kegagalan akhirnya ia diterima disebuah sanggar seni seorang seniman ternama bernama Toyohiro, waktu itu ia berumur 15 tahun. Gurunya segera mengetahui bakat si anak yang luar biasa dan wataknya yang lurus, sehingga ia mempercayakannya sebuah nama yaitu Hiroshige. Hiroshige yang terdiri dari dua huruf Kanji (aksara Han Tiongkok), huruf pertamanya diambil dari namanya sendiri dan yang kedua dari nama si anak. Tak lama kemudian, si anak menerbitkan hasil karya seni perdananya. Waktu itu ia baru berumur 16 tahun.
Dari tahun 1780 sampai dengan tahun 1800 merupakan zaman keemasan kesenian Ukiyo-e dimana banyak seniman terkenal seperti Hokusai, Utamaro dan gurunya sendiri saling bersaing menyempurnakan seni aliran ini. Seni lukisan Ukiyo-e (genre paintings) adalah lukisan berdasarkan kejadian sehari-hari. Namun seperti yang terjadi di negara Eropa, seni hanya disajikan untuk dan dinikmati oleh kalangan elit dari masyarakat Edo. Oleh karena itu, tema lukisan berkisar kehidupan para bangsawan atau figur wanita selebriti sedangkan lukisan pemandangan dengan aktivitas rakyat kurang diminati.
Namun di periode Edo berikutnya yang disebut periode kemunduran terjadi populerisasi-an seni ke masyarakat luas sehingga terjadi kelonjakan permintaan atas barang seni. Periode kemunduran yang berkaitan dengan depresi ekonomi (rupanya ada juga krismon di zaman itu!), menyebabkan segala percetakan harus dilakukan dalam jumlah besar untuk mencapai "economic of scale". Sehingga satu-satunya cara adalah memasarkan hasil seni kepada masyarakat luas dengan harga terjangkau.
Hiroshige yang berkarya di periode ini mendapat berkah tambahan karena bukan saja ia berbakat lebih dari itu tema lukisannya merakyat. Dalam lukisan-lukisan 53-Tahapan Tokaido misalnya ia menggambarkan aktivitas masyarakat Edo yang gemar berpergian mengunjungi tempat-tempat termasyhur dan tempat suci untuk beribadah walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh (ingat belum ada mobil atau kereta api!). Oleh karena itu, Hiroshige juga dikenang sebagai seniman yang banyak andil dalam merakyatkan seni ke masyarakat Jepang.
Menurut perputaran kehidupan kosmik yang menggariskan kehidupan manusia atas dasar perputaran 60 tahun (sexagenary cycle), mencapai umur 60 tahun adalah waktu bagi seseorang memikirkan apa yang telah ia capai dan menatap kehidupan berikutnya. Dan kiranya itupun yang mungkin terlewat dalam benak si anak genius. Setelah berkarya seni sepenuhnya, Hiroshige meninggal dengan tenang di umur 62. Ia dikebumikan di vihara Togakuji yang terkenal di kota Edo (sekarang Tokyo).
Sebelum wafat, Hiroshige meninggalkan sebuah haiku perpisahan (haiku adalah puisi pendek Jepang yang sangat digemari):
Menanggalkan kuas di dunia ini,
Aku akan mengarungi
Tempat tempat
Di maha berikut
Comments