Skip to main content

Hiroshige 1797 - 1858

Profil Seminan:

Hiroshige yang terlahir bernama Ando Juemon adalah dari keluarga biasa yang berkecukupan. Namun pada umur 13 tahun, ia bersama kedua adiknya telah menjadi yatim-piatu dan harus menghadapi dunia fana yang tiada menentu.

Setelah mengalami kegagalan akhirnya ia diterima disebuah sanggar seni seorang seniman ternama bernama Toyohiro, waktu itu ia berumur 15 tahun. Gurunya segera mengetahui bakat si anak yang luar biasa dan wataknya yang lurus, sehingga ia mempercayakannya sebuah nama yaitu Hiroshige. Hiroshige yang terdiri dari dua huruf Kanji (aksara Han Tiongkok), huruf pertamanya diambil dari namanya sendiri dan yang kedua dari nama si anak. Tak lama kemudian, si anak menerbitkan hasil karya seni perdananya. Waktu itu ia baru berumur 16 tahun.



Dari tahun 1780 sampai dengan tahun 1800 merupakan zaman keemasan kesenian Ukiyo-e dimana banyak seniman terkenal seperti Hokusai, Utamaro dan gurunya sendiri saling bersaing menyempurnakan seni aliran ini. Seni lukisan Ukiyo-e (genre paintings) adalah lukisan berdasarkan kejadian sehari-hari. Namun seperti yang terjadi di negara Eropa, seni hanya disajikan untuk dan dinikmati oleh kalangan elit dari masyarakat Edo. Oleh karena itu, tema lukisan berkisar kehidupan para bangsawan atau figur wanita selebriti sedangkan lukisan pemandangan dengan aktivitas rakyat kurang diminati.



Namun di periode Edo berikutnya yang disebut periode kemunduran terjadi populerisasi-an seni ke masyarakat luas sehingga terjadi kelonjakan permintaan atas barang seni. Periode kemunduran yang berkaitan dengan depresi ekonomi (rupanya ada juga krismon di zaman itu!), menyebabkan segala percetakan harus dilakukan dalam jumlah besar untuk mencapai "economic of scale". Sehingga satu-satunya cara adalah memasarkan hasil seni kepada masyarakat luas dengan harga terjangkau.



Hiroshige yang berkarya di periode ini mendapat berkah tambahan karena bukan saja ia berbakat lebih dari itu tema lukisannya merakyat. Dalam lukisan-lukisan 53-Tahapan Tokaido misalnya ia menggambarkan aktivitas masyarakat Edo yang gemar berpergian mengunjungi tempat-tempat termasyhur dan tempat suci untuk beribadah walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh (ingat belum ada mobil atau kereta api!). Oleh karena itu, Hiroshige juga dikenang sebagai seniman yang banyak andil dalam merakyatkan seni ke masyarakat Jepang.



Menurut perputaran kehidupan kosmik yang menggariskan kehidupan manusia atas dasar perputaran 60 tahun (sexagenary cycle), mencapai umur 60 tahun adalah waktu bagi seseorang memikirkan apa yang telah ia capai dan menatap kehidupan berikutnya. Dan kiranya itupun yang mungkin terlewat dalam benak si anak genius. Setelah berkarya seni sepenuhnya, Hiroshige meninggal dengan tenang di umur 62. Ia dikebumikan di vihara Togakuji yang terkenal di kota Edo (sekarang Tokyo).

portrait.jpg (59064 bytes)

Sebelum wafat, Hiroshige meninggalkan sebuah haiku perpisahan (haiku adalah puisi pendek Jepang yang sangat digemari):

Menanggalkan kuas di dunia ini,
Aku akan mengarungi
Tempat tempat
Di maha berikut

Comments

Popular posts from this blog

Tradisi Dan Perubahan:

Tradisi Dan Perubahan: Ekspresi Kendiri Dalam Aliran Modernisme Malaysia. Oleh Mohamed Ali Abdul Rahman (Pensyarah Kanan Jabatan Liberal) M.A. (Arts History and PRints) M.A. Edu. USA. B. A (Hons) USM. Cert Ed. (KPM) I. Pengenalan Seniman Malaysia, generasi abad kedua puluh satu yang mengikuti aliran modernisme dan pasca modernisme akan menilai semula nilai peribuminya dalam konteks baru dan dengan pandangan lebih segar. Penilaian mereka mungkin tidak lagi bersandar kepada nilai-nilai yang pernah digunakan dalam masyarakatperibumi zaman tradisi dan mereka menganggap nilai-nilai tersebut sebagai ketingalna zaman ketika itu. Sebab-sebab utama nilai tersebut dilupakan kerana ia mungkin digunakan atau diamalkan lagi. Mereka lebih suka memberikan nafas baru kepada seni peribumi yang didapati dari sumber peninggalan warisan zaman dan petikan kesasteraan tradisi. Seniman dari masyarakat peribumi mungkin tidak keterlaluan sepert seniman barat yang melupakan terus institusi-institusi keagamaan

Lahir Nafas akibat dendam pada besi

Oleh Azran Jaffar BAGI pengarca, Raja Shahriman Raja Aziddin, setahun tidak menempa besi menimbulkan rasa dendam seninya. Dendam itu bukan semata-mata kerana nilai kesenimannya bagaikan sudah hilang tetapi kerana rasa bersalah melahirkan arca berbentuk figura. Daripada dendam yang membara itu lahirlah Nafas, siri arca logam yang dilahirkan daripada satu daripada empat elemen yang dikaitkan dengan kejadian manusia iaitu tanah, api, air dan angin. Nafas adalah karya terbaru Raja Shahriman, 37 yang kini sedang dipamerkan di Balai Seni Lukis Negara. Ia adalah siri reka bentuk yang dihasilkan selama dua tahun selepas beberapa tahun mendiamkan diri sejak menghasilkan karya Gerak Tempur, Api Bayangan dan Kemenyan serta Semangat Besi. Jika selama ini arca-arcanya lebih memihak kepada figura, namun konflik yang menggolodak di dalam batinnya menyebabkan Raja Shahriman yang berasal dari Kuala Kangsar Perak cuba mengosongkan mindanya dengan bayangan itu. Hasilnya ialah Nafas yang berupa ja

Lukisan Bayu papar soal kemasyarakatan

DALAM angkatan pelukis muda, nama Bayu Utomo Radjikin bukanlah asing lagi. Baik dalam seni arca, figura, realisme dan abstrak, Bayu mempunyai kelebihan yang tersendiri. Selepas arca karyanya yang berjudul ‘Bujang Berani’ memenangi hadiah dalam pertandingan Bakat Muda Sezaman anjuran Balai Seni Lukis Negara (BLSN) pada 1991, Bayu tidak menoleh ke belakang lagi. Bidang yang pada asalnya hanya sekadar hobi berubah menjadi kerjaya. “Sejak kecil hobi saya melukis. Saya memang tidak pernah terfikir ia akan menjadi kerjaya saya suatu hari nanti. Apa yang saya tahu ketika itu segala emosi saya luahkan menerusi lukisan ,” kata pelukis berasal dari Tawau, Sabah ini. Ekoran minat yang tinggi dalam bidang lukisan , selepas memperoleh keputusan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) dia memasuki Institut Teknologi Mara (ITM) (sekarang UiTM) bagi menyambung pengajian dalam bidang seni halus. “Apabila ia menjadi kerjaya, kepuasannya berlainan. Bidang yang saya minati sejak kecil hingga sanggup melupakan